STOP PRESS : Kepada Nara Sumber SINARPENA.COM Diharap untuk tidak melayani wartawan kami yang KTA dan Kartu liputan Persnya sudah habis masa berlakunya. Demikian , atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih

*Bhayangkara Bukan Sekadar Nama, Tapi Warisan Kramat Majapahit*

 



Oleh: Agus Flores 

Penggunaan nama Bhayangkara oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) bukanlah tanpa makna. Nama ini bukan sekadar simbol, melainkan jejak historis mendalam dari kejayaan peradaban besar Nusantara, yakni Kerajaan Majapahit.


Dalam narasi sejarah yang jarang dibuka secara luas, pasukan Bhayangkara Majapahit merupakan garda terdepan pertahanan dan penjaga kedaulatan negara. Di bawah kepemimpinan Mahapatih Gajah Mada, pasukan ini dikenal tak hanya tangguh secara militer, tetapi juga menjunjung tinggi kehormatan, kesetiaan, dan keseimbangan antara manusia, negara, dan alam.


Warisan 1/3 Dunia Nusantara

Berdasarkan peninggalan naskah-naskah kuno dan kajian sejarah alternatif yang terus dikaji oleh berbagai tokoh budaya dan pemerhati sejarah Nusantara, Majapahit disebut pernah menguasai wilayah yang membentang dari semenanjung Melayu, Kepulauan Indonesia, Filipina, hingga sebagian utara Australia. Kekuasaan ini disebut sebagai pengaruh terhadap "1/3 bumi" dalam konteks geopolitik kuno kawasan Asia Tenggara.


Salah satu pencapaian besar Bhayangkara adalah keberhasilan menahan ekspansi Kekaisaran Mongol yang dikenal sebagai adidaya dunia pada abad ke-13. Saat pasukan Mongol mencoba menaklukkan wilayah Nusantara, justru mereka dikalahkan oleh kecerdikan strategi dan kekuatan tempur Bhayangkara Majapahit. Fakta sejarah ini sering dilupakan atau disembunyikan, sehingga generasi masa kini tidak menyadari betapa sakralnya akar kekuatan bangsa sendiri.


Keseimbangan Alam dan Keabadian Institusi

Para pemikir budaya Nusantara menekankan bahwa kejayaan Majapahit, termasuk kekuatan Bhayangkara, tidak hanya bersumber dari kekuatan senjata, tetapi dari keselarasan dengan hukum alam dan moral. Bhayangkara bukan sekadar tentara; mereka adalah penjaga nilai spiritual, hukum, dan tatanan dunia.


Dalam konteks Polri hari ini, makna Bhayangkara seharusnya tidak sekadar seremonial. Mengembalikan Polri kepada akar nilai Bhayangkara Majapahit akan memperkuat jati diri sebagai pelindung rakyat dan penjaga negara, bukan sebagai alat kekuasaan semata. Keseimbangan antara kekuasaan dan kearifan lokal harus dijaga, jika Polri ingin menjadi institusi yang abadi dan dihormati.


Penutup: Sejarah yang Harus Dihidupkan Kembali

Jika sejarah sakral Bhayangkara disembunyikan atau dilupakan, maka Polri akan mudah dilemahkan oleh narasi asing dan kepentingan yang ingin mengaburkan identitas bangsa. Sebaliknya, dengan menghidupkan kembali nilai-nilai Bhayangkara sebagai penjaga Nusantara, Polri tidak hanya akan kuat secara institusional, tetapi juga akan mendapatkan legitimasi spiritual dan historis di mata rakyat.(*)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama